Doa Adam dan Doa Iblis

Ilustrasi Berdoa. (f/kanalaceh)

Menolak perintah dan larangan Allah adalah bentuk kekafiran. Sedang ketidakmampuan untuk mengikuti perintah dan menjauhi larangan Allah tanpa menolak hukum Allah itu, ini disebut dosa, tetapi belum jatuh kepada kekafiran. Ada perbedaan besar dalam kedua hal ini.

Oleh karena itu, sekali lagi kita memperoleh pelajaran dari kisah dan , jika seseorang melakukan perbuatan dosa, jangan pernah membenarkan perbuatan dosa tersebut.

Hikmah berikutnya yang kita peroleh dari kisah dan dapat kita ambil dari fakta bahwa keduanya kembali berdoa memohon kepada Allah setelah mereka berbuat dosa. Tetapi ada sejumlah perbedaan signifikan antara dan .

Perbedaan pertama adalah dari segi waktu, kapan dan mengadukan keadaan mereka masing-masing kepada Allah. Iblis berdoa memohon kepada Allah di akhir-akhir setelah tidak ada lagi harapan baginya. Setelah Iblis berbuat dosa, dia terus laqncang beradu argumen dengan Allah, tidak mengakui kesalahannya. Dia merasa benar dan merasa lebih baik dari Adam.
Sampai akhirnya Allah memberikan keputusan terakhir berupa laknat kepada Iblis. Barulah setelah itu, Iblis berdoa setelah semua harapan ampunan telah ditutup.

Sedangkan Adam langsung berdoa memohon kepada Allah langsung setelah Beliau melakukan perbuatan dosa. Setelah ia sadar telah berbuat dosa, Adam langsung berdoa dan bertaubat, رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا.

Artinya, orang yang beriman tidak pernah menunda untuk berdoa kepada Allah, terlebih utama dalam bertaubat atau berdoa memohon ampunan Allah. Mereka yang menunda doa atau bahkan menunda taubat, mereka ini telah mengikuti jalan Iblis.

Perbedaan kedua adalah tentang isi doa Adam dan doa Iblis. Iblis memohon kehidupan abadi sampai Hari Kiamat, meminta sesuatu yang bersifat duniawi belaka.
أَنظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Berilah aku umur sampai Hari Kebangkitan.”
(QS Al-Aʻrāf, 7: 14)

Sedangkan Adam berdoa memohon ampunan dan kebaikan di akhirat. Fokus isi doa dari seorang yang beriman adalah maghfirah, rahmah, hidayah, surga. Tentu selain itu, orang beriman pun boleh saja memohon masalah dunia dalam doanya, tetapi itu bukanlah menjadi permintaan utama.

Jika kita hanya berdoa meminta untuk dunia, apa bedanya kita dengan Iblis? Orang kafir maupun Iblis pun berdoa kepada Allah. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah,
… فَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ.
“… Di antara manusia ada yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,’ dan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun.”
(QS Al-Baqarah, 2: 200)

Sedangkan orang-orang yang beriman berdoa,
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
“Dan di antara mereka ada yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.’”
(QS Al-Baqarah, 2: 201)
Ada tiga permintaan di dalam doa ini:
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً,
وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً, dan
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Dari tiga permintaan ini, dua di antaranya adalah permintaan untuk akhirat. Sedangkan satu permintaan untuk dunia. Doa ini memberikan bagaimana persentase isi dari doa kita seharusnya, 2/3 sebaiknya permintaan untuk kebaikan untuk agama dan akhirat.

Laman: 1 2 3 4 5 6

Tags: , , ,